Posted by The Petromak on 14 Okt 2015
Menghadapi wawancara merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu bagi para pencari kerja, setidaknya dengan adanya panggilan wawancara mengisyaratkan bahwa surat lamaran kerja yang dilayangkan sebelumnya telah menjadi perhatian sang HRD dan tidak berakhir di tempat sampah atau mesin penghancur kertas.
Pada kesempatan kali ini saya hanya sekedar ingin berbagi khususnya untuk para pencari kerja fresh graduate, bagaimana suasana saat anda dipanggil untuk wawancara disebuah perusahaan yang tentunya anda belum tahu seluk beluknya.
Berawal dari telepon dari HRD yang mengundang saya untuk jadwal wawancara dan tes pada salah satu perusahaan yang bertaraf nasional pada jam 10.00 pagi. Karena saya tidak ingin memberikan kesan negatif, maka saya berangkat lebih awal dan tiba di lokasi pada jam 09.05 pagi itu.
Saya diwajibkan untuk melapor terlebih dahulu di pos jaga, beberapa sekuriti dengan perawakan tinggi besar dengan kumis dan cambang di mukanya, jelas para sekuriti ini berasal dari wilayah timur Indonesia. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, saya diminta untuk mengisi buku tamu dan menukarkan satu-satunya KTP yang saya miliki dengan kartu pengunjung selama saya berada dalam kawasan tersebut.
Saya diarahkan ke lobbi dan resepsionis yang ramah menyambut saya dengan senyum serta mempersilahkan saya untuk menunggu. Setelah menghubungi extension hrd, resepsionis tersebut meminta salah satu dari sekuriti mengantarkan saya ke ruangan HRD yang kebetulan terpisah dari lobbi gedung.
Sesampainya di ruangan HRD, staff HRD langsung menyodorkan beberapa lembar kertas yang berupa lembaran formulir calon karyawan dan lembaran soal-soal tes. Tanpa basa-basi lagi, Segera saya isi formulir tsb dgn seksama dan di-lanjutkan degan mengerjakan soal2 sederhana namun cukup memusingkan. 75 menit telah berlalu, dan saya telah selesai dengan lembaran-lembaran itu dan menyerahkannya kembali kepada staff HRD dan bertepatan dengan masuknya HRD manager ke dalam ruangan sehinga kami segera larut dalam obrolan yang disebut wawancara.
Sesi wawancara tersebut berakhir pada pukul 12.10, dan di isyaratkan penduduk perut saya yang berteriak. Sebelum saya undur diri, sang HRD Manager menyampaikan bahwa akan ada wawancara susulan oleh para petinggi perusahaan setelah istirahat makan siang di tempat yang sama. Dalam hati saya bertanya-tanya, siapakah saya ini sehingga para petinggi perusahaan bersedia meluangkan waktunya untuk mewawancarai saya?..
Seperti biasa, saya selalu berusaha menghargai waktu orang lain dengan hadir sedikit lebih awal dari agenda yang telah ditetapkan. Pukul 12.55 saya telah hadir kembali di ruangan dan HRD manager mengarahkan saya ke ruangan yang terlihat seperti ruangan rapat karena di ruangan itu tidak ada apa-apa selain beberapa kursi, meja dan papan tulis.
Suasana hening menerpa saya dalam penantian yang disusul datang seorang pria yang mengaku sebagai kepala divisi, obrolan kami dalam sesi ini sangatlah singkat karena saya yakin beliau sedang sibuk sehingga tidak punya waktu banyak untuk seorang saya.
Suasana hening kembali menjalari seluruh ruangan dan membuat saya terkantuk-kantuk dalam sejuknya suhu ruangan yang dihembuskan oleh air conditioner, saya agak sedikit terkejut dan terjaga ketika mendengar suara langkah sepatu mendekati ruangan dan suara tuas pintu ditarik. Masuklah seorang pria yang berwibawa dan duduk dihadapan saya. Dari penampilan terlihat beliau merupakan salah satu petinggi penting perusahaan, setidaknya direktur atau asisten direktur.
Sesi ini memakan waktu lebih lama, saya merasakan pressure yang lebih tinggi daripada 2 sesi sebelumnya. Dan saya sadari ini adalah teknik direct psikotes yang sering saya lakukan saat mewawancarai calon karyawan di tempat dimana saya masih bekerja saat ini. Investigate, under-estimate, klimaks and down. Ternyata terdapat perbedaan yang sangat kuat antara saya sebagai subjek dan kini saya mengalaminya sebagai objek.
Akhirnya saya bisa menarik nafas lega karena obrolan kami berakhir ketika jam tangan saya menunjukkan angka 15.10. Setelah menjabat tangan beliau saya langsung undur diri.
Demikian sedikit cuplikan dari pengalaman saya sendiri dalam proses wawancara kerja yang baru saya alami beberapa hari yang lalu (waktu dan tempat di rahasiakan). Dengan harapan akan membawa manfaat khususnya bagi pelamar fresh graduate, sehingga sedikit banyaknya bisa mendapatkan sedikit gambaran suka dukanya menghadapi proses wawancara. Proses pada setiap perusahaan tidaklah sama, tergantung dari kebijakan manajemen perekrutan, tingkat pendidikan dan pengalaman seorang pelamar. Semoga bermanfaat!!!...